Identif.id – Perihal pembentukan Konferensi Koordinator Cabang (KONKORCAB) Gorontalo yang akan diselenggarakan bersamaan dengan pelantikan dua Cabang PMII di Gorontalo merupakan angin segar untuk menyelesaikan interpretasi keakuan kepemilikan organisasi yang didasari oleh arogansi koloni.
Dalam rentetan sejarah berdirinya PMII bermula dari ide dasar adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja).
Dalam ber PMII, semakin kesini. Nampaknya perlu penghayatan mendalam terhadap organisasi tercinta, agar tidak seenaknya melayangkan statement di media online yang mengandung ujaran kebencian terhadap lembaga Pengurus Besar, karena hal itu tidak mencerminkan kaum terdidik.
Di tubuh PMII Cabang Kota Gorontalo, yang sedang asyik masyuk bergulat dalam dinamika, bagi saya tidak layak dinilai sebagai sebuah konflik tak berujung. Sebab, selalu ada harapan dan doa-doa yang menggantung untuk mewujudkan khitah PMII yaitu terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Musuh PMII adalah kebodohan, bukan sesama kader, apalagi lembaga itu sendiri. Sebagai Ketua PMII Cabang Kota Gorontalo, saya berpendapat ada hal yang jenaka jika kader menghujat, apalagi merendahkan martabat organisasi PMII itu sendiri.
Dalam pesta demokrasi, atau akrab disebut Konferensi Cabang (Konfercab) PMII Cabang Kota Gorontalo ke-XX jika ditinjau secara secara objektif dan organisatoris, tidak terdapat kecacatan sebagaimana pedoman organisasi yaitu Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), yang secara skeptis dinilai oleh sekelompok atau sebagian kecil kader yang rakus jabatan di PMII.
Atas dasar tertibnya prosesi Konfercab ke-XX itu, yang berdasarkan kaidah berorganisasi, maka PMII Cabang Kota Gorontalo sebagai rahim kaum terdidik melahirkan Farhan Ibunu sebagai ketua dalam satu periode kepengurusan yang memiliki legalitas, ditambah lagi dia hadir sebagai representasi PMII Cabang Kota Gorontalo pada Kongres tahun kemarin dan memiliki suara penuh.
Lantas, tidak ada alasan bagi siapa saja kader PMII Cabang Kota Gorontalo untuk meragukan, apa lagi menganulir kenyataan tersebut. Kecuali di dalam nadinya mengalir kebencian dan hasrat membabi buta hingga menutupi cara pandangnya terhadap organisasi dan berorganisasi.
Lanjut pada Konfercab ke-XXI PMII Cabang Kota Gorontalo, secara konstitusional jika secara jujur diakui, merupakan rentetan perjalanan kepemimpinan Farhan Ibunu, yang pada akhirnya melahirkan Nahkoda selanjutnya yaitu Fadel Muhammad Hulalango dalam babak baru perjalanan PMII Cabang Kota Gorontalo.
Menyadari kultur dan historis PMII, tidak cukup dengan hasrat berkuasa semata. Namun, menghargai proses berjiwa kesatria, memiliki kemandirian sikap, keteguhan iman, dan nawaitu yang lurus. Jika demikian, maka kecintaan terhadap PMII tidak sebatas ritus-ritus interpretasi, namun dinilai sebagai upaya mengamalkan ilmu dan komitmen cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada akhirnya, tidak heran jika masih ada saja sebagian kader yang secara malu-malu tidak mengakui, coba menganulir serta menilai buruk setiap upaya struktural PMII baik Pengurus besar, Koordinator Cabang, maupun Cabang dalam menata niat dan memperjuangkan khitah PMII.
Jangan kotori PMII dengan buah jemari apa lagi tutur katamu sahabat.
Penulis : Fadel Muhammad Hulalango Ketua PMII Cabang Kota Gorontalo.