Identii.id – Melahirkan generasi muda untuk memimpin, Fakultas Ilmu Sosial yang ada di Universitas Negeri Gorontalo menerapkan sebuah politik sistem arisan dalam pemilihan senat mahasiswa. Politik dengan sistem arisan masih sangat sulit untuk dipahami. Arisan hanya dapat kita artikan seperti sebuah permainan saja. Sehingga bagaimana bisa jika kita menjadi seorang pemimpin yang hanya lahir dari sistem permainan tersebut.
Sistem arisan dalam sebuah politik dianggap sebagai sebuah masalah besar. Kita akan dianggap cacat tanpa kekuatan jika menjadi seorang pemimpin. Sebagai agen perubahan bagaimana kita bisa lahir dengan memberikan perubahan jika tanpa kekuatan.
Sistem arisan ini sendiri dalam Fakultas Ilmu Sosial telah diterapkan selama 3 tahun belakangan yaitu dari tahun 2019 yang lalu.
Fakultas Ilmu Sosial yang dikenal sebagai fakultas perjuangan menerapkan hal tersebut yang tidak lain untuk tujuan mempersatukan.
Namun, sepertinya persatuan yang ada dalam Fakultas Ilmu Sosial itu harus dipertanyakan lagi. Seperti salah satu Jurusan yang ada di fakultas perjuangan tersebut yaitu Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah menyatakan sikap menarik diri dari segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan fakultas.
Sikap menarik diri itu telah dideklarasikan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi sebagai bentuk tindakan nyata terhadap persatuan yang tidak nyata di dalam Fakultas Ilmu Sosial. Hal ini berhubungan dengan sistem politik arisan yang diterapkan dalam fakultas perjuangan tersebut.
Sistem arisan yang kita ketahui seharusnya bergilir. Bahkan dalam sebuah arisan sendiri setiap anggota pasti memiliki jatahnya masing-masing. Sehingga hal itu yang menjadikan Jurusan Ilmu Komunikasi harus bisa menarik diri karena tak bisa mendapatkan jatahnya sendiri.
Tujuan mempersatukan yang ada dalam Fakultas Ilmu Sosial melalui sistem politik arisan saat ini tengah menjadi bumerang sendiri untuk fakultas tersebut. Sebab tindakan nyata yang dibuat oleh Jurusan Ilmu Komunikasi telah memperlihatkan dengan jelas bagaimana persatuan yang ada disana.
Melihat kondisi Fakultas Ilmu Sosial yang ada pada saat ini, seharusnya ada para pemilik kebijakan tertinggi yang dapat memberikan solusi terhadap hal tersebut. Siapa lagi jika bukan para pemimpin selaku pemilik keadilan yang harus membijaki kondisi ini.
Mungkinkah kita juga harus mempertanyakan keadilan dari para pimpinan yang ada di Fakultas Ilmu Sosial yang selalu diagungkan sebagai fakultas perjuangan itu. Sebab fakultas yang dikenal sebagai fakultas perjuangan nyatanya harus bisa membuat para mahasiswanya juga berjuang untuk memperjuangkan keadilannya.
Memperjuangkan keadilan adalah sebuah bentuk aspirasi juga. Apalagi sebagai seorang mahasiswa yang terdidik seharusnya kita paham akan hal itu. Hanya orang-orang pengecut saja yang tidak mau membenarkan keadilan.
Jangan sampai sistem politik arisan ini hanya dapat mengajarkan kita bahwa menjadi seorang pemimpin hanya demi sebuah nama dan jabatan saja. Sehingga apa gunanya kita berdiri dengan nama pemimpin namun tak sadar bahwa kita telah menjadi pecundang.
Penulis: Dela Rahmad
Sekertaris Umum Himakom UNG