Nama : Taufik Hidayat Malii
Dosen Pengampuh MK : Mardiah Bin Smith
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar diseluruh pelosok nusantara. Setiap suku di daerah memiliki kebudayaan yang dikembangkan secara turun-temurun. Kemajemukan budaya yang dimiliki setiap suku pada dasarnya merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Berdasarkan realitas, kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia banyak yang belum dikembangkan secara proporsional. Artinya kebudayaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat sebagai media penumbuhan jati diri bangsa dan sebagai sumber potensi diri. Keragaman budaya sejatinya dapat dijadikan modal untuk memperkuat identitas kebangsaan. Di samping itu, keragaman budaya termasuk kesenian dimunginkan dapat dijadikan komoditas nasional yang dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Indonesia. Selain seni, keagamaan pula termaksud pertahanan identitas kebangsaan.
Pelestarian budaya secara umum dapat didefinisikan sebagai segala perilaku atau upaya yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan dan keberadaan suatu peninggalan generasi masa lampau melalui proses inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi. Salah satu prioritas dalam pembangunan nasional adalah pelestarian terhadap warisan budaya sebagai aset bangsa yang memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan ekonomi. Untuk mengkaji budaya-budaya yang ada di Indonesia perlu pengkajian yang mendalam. Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan pengkajian melalui Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat dan budaya-budaya yang berbeda. Kebudayaan yang di kaji merupakan kebudayaan yang cukup menonjol dikehidupan sehari-hari masyarakat Eropa pada saat itu.
Kebudayaan merupakan salah satu perwujudan jati diri bangsa yang mempunyai ciri khas dari Sistem Religi dan Kepercayaan. Meminjam teori kebudayaan dari Sumarto, yang menjelaskan bahwa budaya selalu berkaitan dengan prestasi kreasi manusia immaterial artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni dan sebagainya. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni, terbentuknya kelompok keluarga. Kebudayaan yang sangat kental di nusantara hingga saat ini yaitu kebudayaan yang berkaitan dengan system religi.
Dan Sytem religi adalah suatu sistem berkaitan dengan keyakinan-keyakinan dan upacara-upacara yang keramat, artinya terpisah dan pantang, keyakinan-keyakinan dan upacara yang berorientasi kepada suatu komunitas moral yang disebut umat. System religi dapat dipahami sebagai kumpulan atau pengorganisasian dari system kepercayaan, system budaya, pandangan dunia yang menjelaskan hubungan antara manusia dengan sesuatu yang diketahui sebagai wujud tertinggi. Dapat disimpulakan bahwa system religi merupakan suatu system yang berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat dalam suatu budaya etnis.
Untuk itu Sytem religi yang ada di indonesia Saat ini tidak pernah terlepas dari etnis-etnis yang ada di nusantara, maka dari itu perlunya kita mempelajari system religi dari ruang lingkup etnis yang ada di Indonesia. Menurut Rudyansjah ketika seorang antropologi mengkaji tentang religi masyarakat, diharapkan mampu menerapkan prinsip value freedom artinya mampu memerankan dirinya sebagai seseorang yang tidak memperdulikan atas benar dan salahnya kenyataan tertinggi yang diyakini orang. Manusia di Indonesia percaya pada suatu kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya. Manusia melakukan berbagai macam cara untuk mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan tersebut. Ini membuktikan bahwa system religi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Tidak dapat terlepasnya dari kehidupan manusia berarti tidak terlepas pula dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan telah menjadi budaya bagi setiap etnis di Indonesia.
Dan pada dasarnya System religi yang memuat hal-hal tentang keyakinan, upacara dan peralatannya, sikap dan perilaku, alam fikiran dan perasaan disamping hal-hal yang menyangkut para penganutnya sendiri. Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk dapat memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lain, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu umat yang menganut religi itu. Dalam membahas pokok antropologi tentang religi, ada dua pokok khusus yaitu system religi dan sistem ilmu gaib.
Semua aktivitas manusia bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut emosi keagamaan atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya pernah dialami oleh setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mungkin halnya berlangsung untuk beberapa detik saja kemudian menghilang lagi. Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Diantara sub unsur emosi religi meliputi masalah pengikut suatu agama, hubungan antara satu dengan yang lainnya, hubungan dengan para pemimpin agama baik dalam saat adanya upacara keagamaan maupun kehidupan sehari-hari; dan akhirnya sub unsur itu juga meliputi masalah seperti organisasi dari para umat, kewajiban, serta hak-hak para warganya.
Masalah asal‐mula dari suatu unsur universal seperti religi, artinya masalah mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib yang dianggapnya lebih tinggi dari padanya, dan mengapa manusia itu melakukan berbagai hal dengan cara-cara yang beranekaragam, untuk berkomunikasi dan mencari hubungan dengan kekuatan-kekuatan. Sistem upacara keagaman secara khusus mengandung emosi aspek yang menjadi perhatian khusus dari para ahli antroplogi ialah Tempat upacara keagamaan dilakukan, Saat‐saat upacara keagaman dijalankan, Benda‐benda dan alat‐alat upacara, Orang‐orang yang melakukan dan memimpin upacara.
Sistem kayakinan secara khusus mengandung banyak sub‐unsur lagi. Dalam rangka ini mereka biasanya menaruh perhatian terhadap konsepsi tentang dewa‐dewa, sifat‐sifat dan tanda‐tanda dewa‐dewa, konsepsi tentang mahluk‐mahluk halus lainya seperti roh‐roh leluhur, roh‐roh lain yang baik maupun jahat, hantu dan lain‐lain, konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam masalah terciptanya dunia dan alam atau kosmologi, masalah mengenai bentuk dan sifat‐sifat dunia dan alam, konsepsi tentang hidup dan mati, konsepsi tentang dunia roh dan dunia akhirat, dan lain‐lain.
Aspek yang pertama berhubungan dengan tempat‐tempat keramat di mana upacara dilakukan, yaitu makam, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, mesjid dan sebagainya. Aspek kedua adalah aspek yang mengenai saat‐saat beribadah, hari‐hari keramat dan suci, dan sebagainya. Aspek ketiga adalah tentang benda‐benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung‐patung yang melambangkan dewa‐dewa, alat‐alat bunyi‐bunyian seperti lonceng suci, seruling suci, genderang suci dan sebagainya. Dan Aspek terakhir adalah aspek yang mengeanai para pelaku upacara keagamaan, yaitu pendeta biksu, syaman, dukun dan lain‐lain. Upacara itu sendiri banyak juga unsurnya, yaitu: Bersaji, Berkorban, berdo’a, makan bersama makanan yang telah di sucikan dengan doa, menari tarian suci, menyanyi nyanyian suci, berprosesi atau berpawai, memainkan seni drama suci, berpuasa, menaburkan pikiran dengan obat bius untuk mencapai keadaan trance dan yang terakhir adalah bertapa dan bersemedi.
terakhir pada system religi ini masyarakat nusantara perlu menerima dan mehami segala konteks keberagamaan dan kebudayaan yang terbentuk pada lingkungannya. Setiap etnis memiliki sudut pandang dan ciri khas kebudayaan sistem religinya masing-masing. Benar dan salahnya suatu system religi tergantung pada kepercayaan dan keyakinan masing-masing dari penganut etnis tertentu.