Spot Wisata Bersejarah Di Pulau Buton

Identif.id, Buton – Pulau Buton merupakan sebuah pulau di Provinsi Sulawesi Tenggara. pulau adalah satu-satunya penghasil aspal terbesar di Indonesia. Endapan aspal alam yang ada di buton merupakan satu-satunya cadangan aspal di Indonesia. selain di buton, cadangan aspal alam lainnya dapat di temukan di Trinidad, Albania dan Irak.

Pulau Buton sendiri terdiri dari 6 Kabupaten/Kota yakni kabupaten buton, kabupaten, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten Bombana, Kabupaten Buton Selatan, Kabupaten Buton Tengah, dan Kota Bau-Bau.

Selain aspal, ada hal menarik lainnya dari pulau ini, adanya peninggalan bersejarah dari kesultanan Buton.

Bagi kamu yang ingin menikmati destinasi wisata di kepulaun buton, tidak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi spot wisata bersejarah disana, berikut objek wisatanya.

  1. Benteng Keraton Buton
sumber foto IG Like Buton

Benteng ini merupakan bekas ibu kota Kesultanan Buton memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur/gunung. Benteng yang berbentuk lingkaran ini dengan panjang keliling 2.740 meter. Benteng Keraton Buton mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan September 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektare.

Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut Baluara. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan hilir mudik kapal di selat Buton dengan jelas dari ketinggian, suatu pemandangan yang cukup menakjukkan. Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton.

Baca Juga :   PKL Jadi Penyebab Kurang Maksimalnya Bus Trans Lulo

Benteng Keraton Buton dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen.

  1. Mesjia Keraton Buton
masjed keraton buton. sumber IG Rustamawat

Masjid ini dibangun pada tahun 1712 oleh Sultan Sakiuddin Durul Alam Kesultanan Buton dan merupakan lambang kejayaan Islam pada masa itu. Para ahli meyakini masjid ini adalah masjid tertua di Sulawesi Tenggara. Sejatinya ada masjid lain yang lebih tua dibangun pada masa Sultan pertama Buton, Kaimuddin Khalifatul Khamis (1427-1473). Hanya masjid itu terbakar dalam perang saudara di Kesultanan Buton. Selanjutnya, Sultan Sakiuddin Darul Alam, yang memenangi perang tersebut membangun Masjid Agung Wolio untuk mengganti masjid yang terbakar.

Baca Juga :   Rizal Ladiku Minta Polda Segera Tangkap Owner Investasi Bodong Yang Masih Berkeliaran

Masjid berusia lebih dari 300 tahun yang terletak di dalam bekas kompleks keraton Kesultanan Buton kini tetap dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Baubau dan Kabupaten Buton.

  1. Batu Popaua

Batu Popaua berada di depan Masjid Kesultanan Buton, di dalam Benteng Keraton Buton, Bau-bau, Sulawesi Tenggara. Batu Popaua menjadi lokasi pelantikan sultan sejak agama Islam masuk ke negeri ini. Batu ini memiliki lubang yang muat untuk satu kaki. Salah satu kaki Sultan dimasukkan ke dalam lubang batu kemudian disumpah.

Dahulu, Sultan yang memimpin Buton diwajibkan mengucap sumpah dengan tradisi yang dijaga penduduk setempat. Sultan Buton melakukan serangkaian prosesi sebelum memimpin negeri.

Batu Popaua berada terlindungi dalam bangunan semi tertutup di komplek Benteng Keraton Buton. Batu ini sangat penting bagi Buton karena menjadi salah satu media untuk proses pelantikan sultan.

  1. Istana Sultan Buton

Istana Buton ialah istana yang dijadikan oleh para raja dan ratu dari Kesultanan Buton sebagai tempat tinggal. Dikenal pula dengan istilah Malige, atau mahligai, bermakna istana atau Kamali yang berarti kediaman para raja.

Baca Juga :   Heboh, Pengemis di Gorontalo Miliki Tabungan 396 Juta Rupiah

Dahulu, Istana Buton merupakan tempat tinggal keluarga sultan dan pusat pemerintahan kerajaan. Struktur bangunan istana ini menggunakan struktur rumah panggung. Istana Malige dibuat dengan fondasi batu alam yang disebut dengan sandi. Sandi tersebut tidak ditanam tapi diletakkan begitu saja tanpa perekat. Fungsinya adalah untuk meletakkan tiang bangunan. Di antara sandi dan tiang bangunan dibatasi oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya disesuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Ini berfungsi sebagai pengatur keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Bangunan ini juga terdiri dari 4 lantai dan terbuat dari kayu yang berasal dari pohon wala dan lantai bangunan ini terbuat dari kayu jati. Pembangunan istana ini terbilang cukup unik karena tidak menggunakan paku, bilah-bilah kayu hanya dikaitkan satu sama lain agar merekat dengan kokoh. Bangunan ini kokoh berdiri dengan topangan 40 tiang penopang, di bagian depan terdapat 5 tiang yang berderet hingga 8 baris ke belakang. Tiang utamanya disebut dengan tutumbu yang bermakna selalu tumbuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *