Identif.id, Jakarta – Wakil Presiden Indonesia K.H Ma’aruf Amin ingatkan bahaya propaganda komputasional lewat kemajuan teknologi informasi.
Menurut Wapres Ma’ruf, kemajuan teknologi informasi merupakan sebuah keniscayaan. Di satu sisi, kemajuan ini merupakan hal yang baik, namun di sisi lain juga dapat membawa dampak buruk apabila tidak disikapi dengan bijak. Olehnya, seluruh masyarakat termasuk para santri dan guru harus dapat memanfaatkan kemajuan ini dengan bijak, agar tidak terbawa arus disinformasi yang memicu perpecahan.
“Tapi ada bahayanya. Bahayanya itu apa? Munculnya disinformasi, informasi yang tidak benar, munculnya hoax, munculnya fitnah. Sebab sekarang ini banyak akun-akun palsu yanng menggunakan platform-platform seperti Google, Facebook, seperti apa semua itu, itu muncul, seperti sudah terjadi di Amerika. Disebutnya apa ini? Propaganda komputasional,” Kata Ma’aruf. Jumat (3/6/2022).
Lebih lanjut Wapres Ma’ruf menyampaikan bahwa propaganda komputasional saat ini telah masuk ke dalam tatanan masyarakat hingga ke tingkat terkecil, yaitu anak-anak. Maka hal ini harus disikapi dengan baik oleh seluruh masyarakat, termasuk para guru selaku tenaga pendidik dan juga para santri.
“Sebab sekarang sudah masuk kemana-mana, masuk ke dapur, masuk ke kamar anak-anak kita, membuat keraguan, dan juga membuat perpecahan-perpecahan,” Ujarnya.
“Yang harus kita cegah, jangan sampai nanti kemajuan teknologi informasi digunakan untuk membuat, merusak, memengaruhi pikiran masyarakat dalam rangka penyesatan,” Imbuhnya lagi.
Khususnya saat ini, dimana dalam dua tahun ke depan Indonesia akan kembali memasuki pesta demokrasi terbesar di negeri ini.
“Hati-hati ini, sudah mau Pilpres, Ini sudah mulai terjadi pelan-pelan, dan berbagai antisipasi. Kita memang disuruh melakukan antisipasi pada saat kemungkinan terjadinya bahaya,” Kata Ma’aruf.
Kemudian Wapres Ma’ruf berpesan, agar seluruh guru yang berada di bawah naungan PERGUNU dan para santrinya dapat menguasai teknologi informasi serta perkembangannya agar dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan tidak terjerat dalam propaganda komputasional.
“Karena itu santri-santri harus ngerti. Semua digital. Kalau tidak ketinggalan zaman,” pungkasnya.